Bismillahirrahmanirrahim...
Tidak terasa sudah dua bulan sejak terakhir kali saya mempublikasikan tulisan di blog ini, *uhuk*. Somehow, kehamilan kedua saya terasa lebih berat karena berada di tengah pandemi.
Kerjaan di kantor juga lebih banyak karenanya. Selain kekurangan staf karena beberapa rekan kerja saya positif Covid-19, saya juga hamil tua di penghujung tahun disaat kerjaan kantor sedang banyak-banyaknya.
Selain itu, ada peraturan yang melarang mengambil cuti tahunan di tengah pandemi ini. Jikalau bisa pun ada syarat dan ketentuan yang berlaku.
Yeah, dibalik tercapainya target beberapa program kerja kami, ketahuilah ada bumil yang sakit pinggang karena harus duduk terlalu lama, wkwkwk.
Tapi syukurlah, saya akhirnya berhak memperoleh cuti melahirkan dipertengahan bulan Desember kemarin. Saya melahirkan anak kedua secara normal. Seorang bayi laki-laki tampan *kata emaknya* yang alhamdulillah sehat lahir dan batin.
Pengalaman Hamil dan Melahirkan Anak Kedua itu...
...ternyata sangat berbeda dengan yang pertama. Jarak antara kehamilan pertama dan kedua saya kurang lebih dua tahun. Jadi saya awalnya percaya diri saja bisa melewati kehamilan kedua ini dengan nyaman karena kehamilan pertama saya bisa dikatakan minim drama, hahhah. Tapi ternyata eh ternyata, kenyataannya sangat berbeda.
Hamil Anak Kedua...
Di kehamilan kedua ini, saya mual berat sampai tak bisa bangun. Pengennya tuh berbaring saja seharian.
Hidung saya juga lebih sensitif. Parahnya, karena salah satu gedung di lingkungan kantor saya bekerja dijadikan tempat isolasi pasien Covid-19, jadi kantor saya sering kali disemprot disinfektan. Hiks, bau cairan disinfektan-nya menusuk hidung saya berkali-kali lipat.
Saya juga mual kalau mencium bau serta makan sesuatu yang digoreng. Saya juga mual kalau makan makanan manis. Positinya, saya yang awalnya tidak suka makan sayur jadi kepingin makan sayur terus.
Jadi kehamilan kedua ini bisa dibilang lebih sehat, haha, meskipun banyak rekan kerja saya yang bilang kalau saya jauh terlihat lebih kurus. Oh iya, saya juga sempat diomeli bidan karena capaian berat badan saya saat hamil tua belum mencapai target.
Mungkin karena doyan makan sayur ini juga saya terbebas dari sembelit setelah melahirkan. Waktu anak pertama dulu, saya sempat sembelit parah sampai harus menggunakan obat sembelit.
Melahirkan Anak Kedua...
Saya mulai merasa tidak nyaman sehabis maghrib. Waktu itu saya masih mengerjakan pekerjaan kantor di rumah. Saya kira rasa tidak nyaman itu hanyalah efek kelelahan karena beberapa hari belakangan banyak sekali pekerjaan kantor yang harus diselesaikan.
Dikehamilan pertama dulu, saya selalu awas kalau terjadi kontraksi sampai sempat menghitung berapa kali kontraksi yang terjadi dalam beberapa menit untuk memastikan apakah kontraksi yang terjadi itu merupakan kontraksi palsu atau bukan.
Di proses melahirkan anak kedua ini. Saya tidak ingat kapan pertama kali kontraksi terjadi karena saya tertidur lelap, hahhah.
Saya terbangun sebentar jika terjadi kontraksi kemudian tidur lagi. Sampai lewat tengah malam, saya merasa ada air merembes keluar dan saat itulah saya baru terjaga sepenuhnya. Berbeda dengan melahirkan anak pertama yang tidak keluar air melainkan darah. Kalau istilah orang Banjar Pahuluan tahap ini namanya "keluar ciri" ya?
Setelah keluar air, kontraksi semakin sering terjadi dan kira-kira dua setengah jam berikutnya, dengan proses mengejan yang tidak terlalu lama, saya akhirnya melahirkan anak kedua dengan selamat. Alhamdulillah.
Jadi berdasarkan pengalaman saya ini, sepertinya benar ya kata orang kalau proses melahirkan anak kedua ini lebih cepat daripada yang pertama.
At last...
Sekarang status saya sudah berubah dari bumil menjadi busui. Mohon doanya semoga kami sehat selalu. Salam sehat juga untuk kita semua.
Semoga kita bisa berjumpa lagi di postingan berikutnya ya. Dadaaah \^_^/